TUGAS
PENDIDIKAN IPS SD II
REVIEW DAN ANALISIS VIDEO
Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan IPS SD II
Nama :
SHANTY AFRIYANY
NIM :
063161111096
Program Studi :
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Kelas :
C
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SUKABUMI
Jl.R.Syamsudin,SH
No.50 Sukabumi 43113
REVIEW & ANALISIS VIDEO TAWURAN SMA 70 DAN STM 712
Tawuran antar pelajar,
sepertinya sudah menjadi kegiatan rutin para pelajar di Indonesia. Tawuran
layaknya penyaluran emosi dalam diri siswa akan kemampuan dan kebanggannya
terhadap diri sendiri, kelompok, atau almamater sekolah mereka. Mereka tidak
memikirkan buruknya berkelahi atau tawuran. Mereka hanya memikirkan kepentingan
sesaat dengan menonjolkan emosinya.
Video ini mengisahkan tentang
tawuran antara dua sekolah yaitu SMA 70 dan STM 712. Menurut analisis saya
dalam video ini ,saya melihat kedua sekolah saling menyerang dengan menggunakan
alat yaitu bambu. Masing-masing dari siswa tersebut memegang satu buah bambu
berukuran panjang, yang saya teliti ternyata rasa nasionalisme dalam diri
mereka itu masih ada yaitu mereka menggunakan bambu sebagai alat untuk
menyerang lawan, seperti hal nya yang digunakan oleh para pejuang rakyat
Indonesia, mereka hanya menggunakan bambu runcing sebagai alat untuk berperang.
Walaupun seiring berkembangnya zaman adapula yang membawa besi seperti
giri-giri.
Dalam
kejadian tawuran tersebut muncul rasa kebersamaan diantara siswa SMA 70 juga
diantara siswa STM 712. Entah dipicu oleh masalah apa sehingga mereka melakukan
tawuran tersebut. Karena yang saya tahu tawuran itu dipicu oleh banyak hal
yaitu, dari hal-hal sepele seperti senggolan kendaraan, rebutan pacar, saling
ejek di jalan, kekalahan pertandingan olahraga, atau dendam lama yang turun
temurun. Awalnya mereka saling menyerang secara bersama-sama dengan diprovokatori
oleh salah seorang siswa dengan berteriak “maju..maju..maju”, setelah itu
mereka saling kejar-kejaran dengan menggunakan alat tersebut tanpa menghiraukan
masyarakat yang ada disekitar tempat kejadian tawuran tersebut, bahkan ada guru
yang melerai pun tidak mereka hiraukan.
Menurut saya tawuran itu
merupakan hal yang sangat tidak baik sekalipun ada rasa kebersamaan atau
nasionalisme, karena tawuran itu tidak akan menghasilkan manfaat bagi para
siswa dan tawuran bukan merupakan suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah.
Tetapi akan memunculkan suatu masalah yang berimbas kepada banyak pihak, karena
akan mencoreng nama baik sekolah, orang tua, guru. Bahkan masyarakat pun akan
merasa terganggu oleh adanya tawuran tersebut.
Jika dilihat dari sudut
pandang antropologi yang saya ketahui
dari talkshow disebuah stasiun televisi, tawuran ini masih dianggap oleh siswa
sebagai suatu kebudayaan yang turun-temurun dari generasi sebelumnya jadi
hingga saat ini mereka masih malakukan tawuran tersebut. Dari sudut pandang sejarah, mungkin mereka sudah mengetahui
bagaimana aksi pelajar atau mahasiswa dalam melakukan demonstrasi pada zaman
dahulu, tepatnya demonstrasi mahasiswa pada saat ingin menurunkan jabatan
presiden Soeharto. Jadi mereka anggap tawuran itu sebagian hal kecil dari
demonstrasi pada zaman dahulu. Sedangkan
dari sudut pandang geografi, tawuran
tidak hanya terjadi di kota besar, tetapi di kota-kota kecil pun sering atau
bahkan pasti ada aksi tawuran antar sekolah.
Jadi, dalam hal tawuran ini tentu peran
lembaga sekolah sangat penting terutama guru yang mengajar, karena guru
merupakan orang tua bagi para siswa di sekolah. Beberapa cara yang dapat dilakukan
oleh sekolah, yaitu menambah jam pelajaran agama, dengan penambahan jam
pelajaran agama ini siswa diajak untuk lebih memahami bahwa pertengkaran,
perkelahian atau tawuran itu tidak ada manfaatnya, yang ada hanya kerusakan dan
bahkan kematian. Sekolah harus selalu mensosialisasikan tentang bahaya tawuran,
mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan yang positif dalam mengisi waktu
luang dengan kegiatan yang bermanfaat seperti olahraga, ekstrakurikuler, study
tour, penelitian dll. Selalu mengingatkan bahwa dalam menyelesaikan suatu
masalah itu tidak harus dengan jalan tawuran. Peran orang tua juga penting
dalam mengawasi anak mereka, karena berdasarkan pengalaman yang terjadi selam
ini para pelajar melakukan tawuran di waktu pulang sekolah, sebagai orang tua
harus benar-benar menjaga dan mengarahkan mereka dengan kegiatan seperti les
dan lainnya. Sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk hal-hal yang negatif.
Pihak sekolah harus memberikan sanksi yang tegas jika ada siswa yang melakukan
tawuran, yaitu dengan sanksi diskors dan jika siswa tersebut terus menerus
melakukan hal yang sama bahkan lebih berat, maka siswa bisa sampai dikeluarkan dari sekolah tersebut. Dengan
demikian tidak akan terjadi tawuran lagi pada generasi yang akan datang.
REVIEW & ANALISIS VIDEO ANAK JALANAN
Dalam video ini menceritakan
tentang fenomena dua anak jalanan yang bekerja sebagai penjual koran mereka
melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan sebagai anak yang masih di bawah
umur. Disela-sela jualannya mereka melakukan kegiatan yang sangat tidak pantas
oleh anak seusia mereka lakukan, karena hal itu untuk orang dewasa pun sudah
sangat dilarang. Yaitu mereka menghirup lem aibon atau yang sering disebut
dengan “ngelem”. Dengan usia mereka yang masih dini, mereka sudah melakukan hal
seperti itu. Bagaimana setelah mereka dewasa? Mungkin jika tidak ada suatu hal
yang merubah kehidupan mereka, mereka akan melakukan hal yang lebih buruk dan
bahaya, seperti merokok, mabuk-mabukkan, bahkan bisa sampai menggunakan
narkoba.
Menurut analisis saya dalam hal ini tentu
merupakan hal yang tidak baik dilakukan oleh anak dibawah umur, karena mereka
anak usia wajib sekolah. Mungkin mereka mempunyai nasib yang kurang baik dari
anak-anak lainnya, karena tidak ada satu anak pun yang dilahirkan dan
ditakdirkan untuk menjadi seorang anak jalanan. Hal ini merupakan fenomena yang
sering terjadi karena faktor ekonomi atau keharmonisan keluarga.
Dalam sudut pandang ekonomi, kemiskinan merupakan faktor
utama yang memicu terjadinya fenomena ini, karena orang tua mereka yang tidak
dapat membiayai sekolah, sehingga mereka pun putus sekolah dan turun ke jalanan
untuk bekerja agar mendapatkan uang untuk kehidupannya. Dalam sudut pandang antropologi, kehidupan dijalanan tentu
banyak faktor negatif yang akan mempengaruhi anak dibawah umur seperti, bergaul
dengan preman, anak jalanan dan sebagainya. Jika dilihat dari sudut pandang psikologi sosial, pola pikir dan
karakter anak tersebut akan berubah, lambat laun mereka akan mengikuti
kebiasaan yang dilakukan oleh anak jalanan, sehingga secara tidak langsung
mereka sudah menjadi anak jalanan. Seperti yang saya lihat dalam video ini
mereka sudah enjoy dengan kehidupan sebagai anak jalanan dan lupa akan diri
mereka sebagai anak yang masih membutuhkan pendidikan dan perhatian dari orang
tua.
Masalah ini sangat perlu
diperhatikan oleh pemerintah, karena demi kemakmuran bangsa hal ini harus
diberantas. Usaha-usaha dengan cara kekerasan haruslah dihindari dalam
menertibkan anak jalanan. Cara tersebut sangat tidak baik bagi perkembangan
mental anak. Adapun hal-hal yang harus dilakukan oleh pemerintah yaitu,
meningkatkan dan mengutamakan dana bantuan bagi rakyat miskin, menyediakan
tempat yang layak bagi anak jalanan misalnya, rumah singgah, sehingga mereka
mendapatkan perlindungan, seperti yang ada pada undang-undang bahwa fakir
miskin dan anak telantar harus dipelihara oleh negara. Menggalakkan biaya
sekolah gratis, sehingga anak yang beraktifitas di jalanan akan berkurang
dan tidak perlu memikirkan bagaimana mencari uang iuran sekolah, membayar buku,
membayar uang ujian dan segala macam jenis biaya lainnya yang sangat membebani
ekonomi keluarga. Penanganan masalah anak jalanan bukanlah tugas pribadi dari
pemerintah, melainkan tugas seluruh elemen masyarakat. Namun yang menjadi
penanggung jawab utama dalam penanganan masalah ini adalah pemerintah sebagai
pelayan masyarakat. Sudah saatnya anak Indonesia terbebas dari buta huruf dan
kebodohan dan Anak-anak inilah nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar