Minggu, 02 Juni 2013

TUGAS PENDIDIKAN IPS SD II REVIEW DAN ANALISIS VIDEO

TUGAS PENDIDIKAN IPS SD II
REVIEW DAN ANALISIS VIDEO
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan IPS SD II
Nama                   : SHANTY AFRIYANY
NIM                     : 063161111096
Program Studi    : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Kelas                    : C
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
Jl.R.Syamsudin,SH No.50 Sukabumi 43113

REVIEW & ANALISIS VIDEO TAWURAN SMA 70 DAN STM 712


Tawuran antar pelajar, sepertinya sudah menjadi kegiatan rutin para pelajar di Indonesia. Tawuran layaknya penyaluran emosi dalam diri siswa akan kemampuan dan kebanggannya terhadap diri sendiri, kelompok, atau almamater sekolah mereka. Mereka tidak memikirkan buruknya berkelahi atau tawuran. Mereka hanya memikirkan kepentingan sesaat dengan menonjolkan emosinya.
Video ini mengisahkan tentang tawuran antara dua sekolah yaitu SMA 70 dan STM 712. Menurut analisis saya dalam video ini ,saya melihat kedua sekolah saling menyerang dengan menggunakan alat yaitu bambu. Masing-masing dari siswa tersebut memegang satu buah bambu berukuran panjang, yang saya teliti ternyata rasa nasionalisme dalam diri mereka itu masih ada yaitu mereka menggunakan bambu sebagai alat untuk menyerang lawan, seperti hal nya yang digunakan oleh para pejuang rakyat Indonesia, mereka hanya menggunakan bambu runcing sebagai alat untuk berperang. Walaupun seiring berkembangnya zaman adapula yang membawa besi seperti giri-giri.
            Dalam kejadian tawuran tersebut muncul rasa kebersamaan diantara siswa SMA 70 juga diantara siswa STM 712. Entah dipicu oleh masalah apa sehingga mereka melakukan tawuran tersebut. Karena yang saya tahu tawuran itu dipicu oleh banyak hal yaitu, dari hal-hal sepele seperti senggolan kendaraan, rebutan pacar, saling ejek di jalan, kekalahan pertandingan olahraga, atau dendam lama yang turun temurun. Awalnya mereka saling menyerang secara bersama-sama dengan diprovokatori oleh salah seorang siswa dengan berteriak “maju..maju..maju”, setelah itu mereka saling kejar-kejaran dengan menggunakan alat tersebut tanpa menghiraukan masyarakat yang ada disekitar tempat kejadian tawuran tersebut, bahkan ada guru yang melerai pun tidak mereka hiraukan.
Menurut saya tawuran itu merupakan hal yang sangat tidak baik sekalipun ada rasa kebersamaan atau nasionalisme, karena tawuran itu tidak akan menghasilkan manfaat bagi para siswa dan tawuran bukan merupakan suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah. Tetapi akan memunculkan suatu masalah yang berimbas kepada banyak pihak, karena akan mencoreng nama baik sekolah, orang tua, guru. Bahkan masyarakat pun akan merasa terganggu oleh adanya tawuran tersebut.
Jika dilihat dari sudut pandang antropologi yang saya ketahui dari talkshow disebuah stasiun televisi, tawuran ini masih dianggap oleh siswa sebagai suatu kebudayaan yang turun-temurun dari generasi sebelumnya jadi hingga saat ini mereka masih malakukan tawuran tersebut. Dari sudut pandang sejarah, mungkin mereka sudah mengetahui bagaimana aksi pelajar atau mahasiswa dalam melakukan demonstrasi pada zaman dahulu, tepatnya demonstrasi mahasiswa pada saat ingin menurunkan jabatan presiden Soeharto. Jadi mereka anggap tawuran itu sebagian hal kecil dari demonstrasi pada zaman dahulu.  Sedangkan dari sudut pandang geografi, tawuran tidak hanya terjadi di kota besar, tetapi di kota-kota kecil pun sering atau bahkan pasti ada aksi tawuran antar sekolah.
  Jadi, dalam hal tawuran ini tentu peran lembaga sekolah sangat penting terutama guru yang mengajar, karena guru merupakan orang tua bagi para siswa di sekolah. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh sekolah, yaitu menambah jam pelajaran agama, dengan penambahan jam pelajaran agama ini siswa diajak untuk lebih memahami bahwa pertengkaran, perkelahian atau tawuran itu tidak ada manfaatnya, yang ada hanya kerusakan dan bahkan kematian. Sekolah harus selalu mensosialisasikan tentang bahaya tawuran, mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan yang positif dalam mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat seperti olahraga, ekstrakurikuler, study tour, penelitian dll. Selalu mengingatkan bahwa dalam menyelesaikan suatu masalah itu tidak harus dengan jalan tawuran. Peran orang tua juga penting dalam mengawasi anak mereka, karena berdasarkan pengalaman yang terjadi selam ini para pelajar melakukan tawuran di waktu pulang sekolah, sebagai orang tua harus benar-benar menjaga dan mengarahkan mereka dengan kegiatan seperti les dan lainnya. Sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk hal-hal yang negatif. Pihak sekolah harus memberikan sanksi yang tegas jika ada siswa yang melakukan tawuran, yaitu dengan sanksi diskors dan jika siswa tersebut terus menerus melakukan hal yang sama bahkan lebih berat, maka siswa bisa  sampai dikeluarkan dari sekolah tersebut. Dengan demikian tidak akan terjadi tawuran lagi pada generasi yang akan datang. 






REVIEW & ANALISIS VIDEO ANAK JALANAN

Dalam video ini menceritakan tentang fenomena dua anak jalanan yang bekerja sebagai penjual koran mereka melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan sebagai anak yang masih di bawah umur. Disela-sela jualannya mereka melakukan kegiatan yang sangat tidak pantas oleh anak seusia mereka lakukan, karena hal itu untuk orang dewasa pun sudah sangat dilarang. Yaitu mereka menghirup lem aibon atau yang sering disebut dengan “ngelem”. Dengan usia mereka yang masih dini, mereka sudah melakukan hal seperti itu. Bagaimana setelah mereka dewasa? Mungkin jika tidak ada suatu hal yang merubah kehidupan mereka, mereka akan melakukan hal yang lebih buruk dan bahaya, seperti merokok, mabuk-mabukkan, bahkan bisa sampai menggunakan narkoba.
 Menurut analisis saya dalam hal ini tentu merupakan hal yang tidak baik dilakukan oleh anak dibawah umur, karena mereka anak usia wajib sekolah. Mungkin mereka mempunyai nasib yang kurang baik dari anak-anak lainnya, karena tidak ada satu anak pun yang dilahirkan dan ditakdirkan untuk menjadi seorang anak jalanan. Hal ini merupakan fenomena yang sering terjadi karena faktor ekonomi atau keharmonisan keluarga.
Dalam sudut pandang ekonomi, kemiskinan merupakan faktor utama yang memicu terjadinya fenomena ini, karena orang tua mereka yang tidak dapat membiayai sekolah, sehingga mereka pun putus sekolah dan turun ke jalanan untuk bekerja agar mendapatkan uang untuk kehidupannya. Dalam sudut pandang antropologi, kehidupan dijalanan tentu banyak faktor negatif yang akan mempengaruhi anak dibawah umur seperti, bergaul dengan preman, anak jalanan dan sebagainya. Jika dilihat dari sudut pandang psikologi sosial, pola pikir dan karakter anak tersebut akan berubah, lambat laun mereka akan mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh anak jalanan, sehingga secara tidak langsung mereka sudah menjadi anak jalanan. Seperti yang saya lihat dalam video ini mereka sudah enjoy dengan kehidupan sebagai anak jalanan dan lupa akan diri mereka sebagai anak yang masih membutuhkan pendidikan dan perhatian dari orang tua.

Masalah ini sangat perlu diperhatikan oleh pemerintah, karena demi kemakmuran bangsa hal ini harus diberantas. Usaha-usaha dengan cara kekerasan haruslah dihindari dalam menertibkan anak jalanan. Cara tersebut sangat tidak baik bagi perkembangan mental anak. Adapun hal-hal yang harus dilakukan oleh pemerintah yaitu, meningkatkan dan mengutamakan dana bantuan bagi rakyat miskin, menyediakan tempat yang layak bagi anak jalanan misalnya, rumah singgah, sehingga mereka mendapatkan perlindungan, seperti yang ada pada undang-undang bahwa fakir miskin dan anak telantar harus dipelihara oleh negara. Menggalakkan biaya sekolah gratis, sehingga anak yang  beraktifitas di jalanan akan berkurang dan tidak perlu memikirkan bagaimana mencari uang iuran sekolah, membayar buku, membayar uang ujian dan segala macam jenis biaya lainnya yang sangat membebani ekonomi keluarga. Penanganan masalah anak jalanan bukanlah tugas pribadi dari pemerintah, melainkan tugas seluruh elemen masyarakat. Namun yang menjadi penanggung jawab utama dalam penanganan masalah ini adalah pemerintah sebagai pelayan masyarakat. Sudah saatnya anak Indonesia terbebas dari buta huruf dan kebodohan dan Anak-anak inilah nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar