Jumat, 21 Juni 2013

TUGAS JURNAL IPS

Bab I
Pendahuluan
1.1. LATAR BELAKANG
Setiap kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah di dalam bertindak dan berpikir, sehubungan dengan pengalaman-pengalaman yang fundamental, dari sebab itulah kebudayaan tidak dapat dipisahkan dengan individu dan masyarakat. Seperti, Indonesia yang mempunyai berbagai macam suku, ras, adat, dan budaya serta alam lainnya. Indonesia juga kaya akan budaya. Namun seiring berkembangnya zaman era globalisasi, Kebudayaan Indonesia mulai luntur khususnya kebudayaan lokal di bidang permainan tradisional, permaian tradisional yang notabene diperuntukkan untuk anak-anak saat ini sudah perlahan-lahan berkurang peminatnya. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya teknologi. Dengan demikian pola pikir Indonesia terpengaruh pola budaya Barat, sehingga mereka melupakan kebudayaannya sendiri.
 Selain itu pemerintah terlihat asal-asalan dan tidak menanggapi dengan serius dalam mengurusi kebudayaan di Negara kita, sehingga dengan mudahnya Negara lain mengakui kebudayaan Indonesia sebagai kebudayaannya.
Fungsi dari permainan itu sendiri ialah menjadikan Anak menjadi lebih kreatif. Sebagai terapi terhadap anak. Anak-anak dapat melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan ini sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukan kondisi tersebut. Melatih insting dan ketepatan dalam bertindak. Selain itu, permainan ini juga akan membiasakan seseorang berpikir cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.      Mengapa kebudayaan bangsa indonesia tidak dapat berkembang, dan tidak dapat dikembangkan oleh masyarakat indonesia sendiri ?
2.      Bagaimana hubungan peradaban dan kebudayaan ?
3.      Apakah penyebab masyarakat sekarang lebih memeilih permainan modern  dari pada permainan tradisional ?
4.      Sejauh mana permainan tradisional enggrang batok dikenal oleh masyarakat indonesia ?
1.3. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai objek-objek penelitian yang akan dibahas dalam Jurnal ini, maka kami membagi bahasan-bahasan tersebut menjadi 5 (Lima) Bab.
Bab pertama Pendahuluan, yang isinya membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab kedua Review Literatur, Pada bab ini membahas review literatur yang berisi  tentang definisi–definisi atau istilah–istilah yang digunakan dalam pembahasan jurnal. Bab ketiga Metodelogi Penelitian, Pada bab ini membahas metodelogi yang berisi tentang cara-cara dan langkah –langkah penelitian suatu permainan tradisional yaitu (enggrang batok) yang digunakan dalam pembahasan jurnal. Bab selanjutnya Pembahasan Masalah, Pada bab ini membahas tentang hasil dari penelitian yang dilakukan dengan metodelogi kuesioner yang berisi tentang permainan tradisional enggrang batok yang digunakan dalam pembahasan junal. Dan pada Bab terakhir terdapat Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini kami member kesimpulan atas masalah yang dibahas dan saran-saran yang dirasa perlu kami sampaikan pada pihak-pihak yang terlibat.
            Demikian gambaran-gambaran dari seluruh bahasan yang kami ajukan sebagai hasil dari penelitian Jurnal kami selama ini.

1.4.MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penetitian kami yaitu ;
·         Membuka pola pikir yang baru untuk memperbaiki diri  dan lebih peduli untuk masa depan bangsa.
·         Mengingatkan pada pembaca akan pentingnya budaya bangsa kita khususnya permainan tradisional yang merupakan karakter sebuah bangsa.
·         Mengingatkan pada kita bahwa sudahkah kita bercermin untuk bangga dan melestarikan budaya bangsa ?
·         Memberi motivasi pada pembaca untuk lebih menanamkan rasa cinta tanah air.


Bab II
REVIEW LITERATURE
2.1. Bangga
besar hati; merasa gagah (karena mempunyai keunggulan)[1]

2.2. Budaya Lokal
Budaya Lokal adalah budaya asli dari suatu kelompok masyarakat tertentu yang juga menjadi ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat lokal. (menurut J.W. Ajawaila.,di unduh dari http://mbahkarno.blogspot.com/2012/10/pengertiandefinisi-budaya-lokal-dan.html., Pada  tanggal 30Januari 2013).
Budaya lokal merupakan  sebuah benteng pertahanan bagi kita terhadap gempuran budaya asing yang semakin hari semakin merambah. Sudah saatnya bagi kita sebagai generasi muda untuk melestarikannya agar nilai-nilai budaya bangsa tidak terus menerus melemah.Sebagian besar generasi muda sekarang secara tidak langsung sudah mengabaikan budaya lokal. Padahal dalam budaya lokal banyak terkandung nilai-nilai luhur yang yang dapat kita pelajari, sehingga kita tidak akan terpengaruh oleh gaya hidup modern atau budaya barat karena telah dibentengi oleh nilai-nilai leluhur. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam terabainya budaya lokal, karena banyak hal yang mempengaruhinya misalnya tidak adanya regenerasi budaya lokal terhadap generasi muda sekarang.Contohnya tidak diperkenalkannya budaya lokal oleh orang tua kepada anak-anaknya sehingga tidak salah jika anaknya tidak mengetahui budaya lokal warisan nenek moyang.[2]

2.3. Kebudayaan Dan Peradaban
2.3.1. Kebudayaan
Kebudayaan + cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa Arab), berasal dari perkataan Latin “colere”  yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”
Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
            Kebudayaan  nasional adalah  kebudayan  kita bersama yakni kebudayaan yang mempunyai makna bagi kita bangsa indonesia. Kalau bukan kita lalu siapa lagi yang akan menjaga dan  melestarikannya. Seharusnya sebagai warga negara indonesia patut bangga dengan mempunyai kekayaan budaya. Hal ini sebenarnya akan menimbulkan rasa tanggung jawab untuk melestarikan kebudayaan tersebut. Sebagai warga negara kita hendaknya menanggapi dengan arif pengaruh nilai-nilai budaya barat untuk mengembangkan dan memperkaya, serta meningkatkan kebudayaan nasional dengan cara menyaring kebudayaan itu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengambil nilai yang baik dan meninggalkan nilai yang tidak sesuai dengan kebudayaan kita.

2.3.2. Peradaban
Koentjaraningrat, menyatakan masalah kebudayaan dan peradaban hanya soal istilah saja. Istilah “peradaban” biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur kebudayaan yang “harus” dan “indah”, seperti : kesenian, ilmu pengetahuan, serta sopan santun dan sistem pergaulan yang kompleks dalam suatu masyarakat dengan struktur yang kompleks. Tetapi pada sisi lain, istilah peradaban juga dipakai untuk menyebut  suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.[3]
            Menurut Damono, sebagaimana dikutip oleh Oman Sukmana, kata “adab” berasal dari bahasa arab yang berarti ahlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti.
            Sesungguhnya adab yang berarti ahlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti berhubungan erat dengan konsep-konsep yang berwujud nilai moral (nilai-nilai dalam hubungannya dengan kesusilaan), norma (aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu benar atau salah, baik atau buruk), etika (nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan apa yang buruk yang menjadi pegangan dalam mengatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket, sopan santun), dan estetika (berhubunga dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, mencakup kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).[4]
            Disamping istilah’kebudayaan ‘ ada pula istilah’peradaban.’hal yang terakhir adalah sama dengan istilah inggris cifilization, yang biasanya dipakai untuk menyebutkan bagian-bagian dan unsur- unsure dari kebudayaan yang harus, maju, dan indah, seperti misalnya : kesenian, ilmu Pengetahuan,adat sopan santun,pergaulan, kepandaian menulis, Organisasi kenegaraan, dan sebagainya. Istialh –istilah ‘peradaban’ sering juga dipakai untuk menyebutkan suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi ilmu Pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan, dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.

2.4. Globalisasi
            2.4.1. Definisi Globalisasi
Globalisasi adalah perkembangan kontemporer yang memiliki pengaruh dalam perubahan dunia pada masa yang akan datang. Pengertian ini merupakan pengertian secara umum.Efek perubahan globalisasi telah kita rasakan saat ini.jika didefinisikan lebih sempit lagi, globalisasi memiliki pengertian semakin sempitnya ruang dan waktu karena adanya teknologi perkembangan informasi yang begitu cepat dan mengalir di seluruh penjuru dunia.

2.4.2.      Tujuan Globalisasi
Tujuan dari globalisasi adalah untuk meningkatkan taraf hidup manusia menjadi manusia modern dengan pemikiran yang luas. kemudahan-kemudahan yang bisa diperoleh dari globalisasi mempercepat manusia untuk belajar dari berbagai sumber. Tetapi jika hal ini tidak diimbangi dengan kecerdasan emosi dan spiritual efek globalisasi malah akan menjadi petaka bagi manusia yang dapat menurunkan kualitas hidupnya. Manusia akan lebih terjerumus dalam hal-hal negatif yang sangat merugikan bagi diri sendiri dan orang lain. Maka dari itu kita sebagi manusia yang memiliki akal dan moral yang tinggi hendaknya mampu menyaring setiap informasi yang masuk dan dengan cerdas memanfaatkan globalisasi dan membuang segala hal yang tidak sesuai dengan etika dan perkembangan manusia. [5]
2.4.3.      Globalisasi dan Kebudayaan
Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi.Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa.Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

2.4.4.      Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan
·         Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
·         Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
·         Berkembangnya turisme dan pariwisata.
·         Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
·         Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
·         Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.
·         Persaingan bebas dalam bidang ekonomi
·         Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa




2.4.5.      Dampak Globalisasi
2.4.5.1. Dampak Positif
·         Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
·         Mudah melakukan komunikasi
·         Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
·         Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
·         Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
·         Mudah memenuhi kebutuhan
2.4.5.2. Dampak Negatif
·         Informasi yang tidak tersaring
·         Perilaku konsumtif
·         Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
·         Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
·         Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu Negara[6]
2.5. Permainan Tradisional
2.5.1. Permainan Tradisional.
Setiap daerah mengenal permainan tradisional dengan namanya masing-masing.Permainan ini dahulu sering dimainkan oleh anak-anak untuk mengisi hari-hari bermain mereka.Namun sekarang, terutama di kota-kota besar, permainan tradisional mulai ditinggalkan. Banyak hal yang menyebabkan permainan tradisional mulai ditinggalkan, diantaranya adalah sebagai berikut :
-          Kemajuan teknologi terutama dalam bidang permainan anak-anak.
Setiap negara menginginkan negaranya menguasai teknologi sesuai dengan perkembangan jaman.Namun disadari atau tidak kemajauan teknologi terutama dalam bidang permainan anak-anak membuat tergesernya permainan tradisional.

-          Adanya perdagangan bebas.
Secara tidak langsung perdagangan bebas turut mengancam keberadaan permainan tradisional, terutama di negara yang menjadi “pasar”. Banyak permainan anak dari negara lain yang beredar dan terkesan mampu menghadirkan permainan yang lebih menarik.

-          Dunia anak yang penuh dengan imajinasi ditransformasikan pada permainan modern semisal PlayStation.
Permainan tradisional merupakan jenis permainan yang mengandung nilai-nilai budaya pada hakikatnya merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan keberadaannya.Sebagian besar bentuk permainannya relatif sederhana namun memberikan manfaat luar biasa jika kita menelusuri makna dari permainan itu secara mendalam.Namun keberadaannya sekarang mulai tergeser oleh permainan modern, seperti PlayStation (PS) dan jenis permainan canggih lainnya.
Ada permainan yang sifatnya bertanding dan ada juga yang diutamakan untuk mengisi waktu luang sebagai bentuk rekreasi.
Pengelompokan jenis permainan yang bersifat games ada yang single, satu lawan satu, ada yang satu lawan kelompok, ada juga yang kelompok lawan kelompok.
Jika diamati dari aktivitas yang dilakukan anak, permainan tradisional mengandung keterampilan dan kecekatan kaki dan tangan, menggunakan kekuatan tubuh, ketajaman penglihatan, kecerdasan fikiran, keluwesan gerak tubuh, menirukan lingkungan dan alam, memadukan gerak irama, lagu dan kata-kata yang sesuai dengan arti dan gerakannya.
Demikian banyak nilai yang terkandung dalam permainan tradisional. Dalam hal pendidikan dan juga nilai-nilai kemanusiaan yang kreatif dan handal akan terbentuk dalam jiwa anak sehingga tak akan pantang menyerah. Dengan begitu banyak manfaat dari permainan tradisional, kenapa tidak kita lestarikan budaya dan juga memetik manfaat dari permainan tersebut.



2.5.2. Manfaat Permainan Tradisional
Dibalik permainan yang terkesan sederhana, sebenarnya permainan tradisional memiliki manfaat yang baik untuk perkembangan pertumbuhan anak. Banyak hal yang di dapat dari seorang anak dari sebuah permainan tradisional lewat proses bermain. Dalam hal ini si anak terlibat secara langsung baik fisik maupun emosi sehingga sangat mempengaruhi masa pertumbuhannya.
Adapun manfaat dari permainan tradisional adalah sebagai berikut :
·         Mengembangkan kecerdasan intelektual.
Banyak permainan anak yang dapat mengembangkan kecerdasan intelektual biasanya dalam proses pembuatan alat permainan tradisional, contohnya permainan layang-layang. Seorang anak  yang membuat layang-layang disadari atau tidak mereka mengunakan daya rasionalnya dalam membuat sebuah layang-layang untuk bisa diterbangkan. Untuk bisa terbang layang-layang harus seimbang anatara sisinya.Namun sayangnya layang-layang dewasa ini banyak yang diperjual belikan sehingga seorang anak cenderung berfikir instan.
·         Mengembangkan kecerdasan emosional.
Dalam sebuah permainan tradisional selain melatih kecerdasan intelektual juga dapat mengembangkan kecerdasan emosi seorang anak. Anak terlibat dalam sebuah permainan yang berbentuk kelompok, seperti petak umpet, bentengan, maupun yang lainnya,  di dalamnya akan ada proses saling mempengaruhi dan mengatur satu sama lain yang hal ini dapat pula membentuk jiwa-jiwa kepemimpinan.
·         Mengembangkan daya kreatifitas.
Kebanyakan alat permainan tradisional sangat sederhana dan mudah di dapat.Namun lewat hal ini seorang anak dapat terlatih daya kreatifitasnya dalam menjadikan sebuah alat dalam permainan tradisional. Misalnya mobil-mobilan yang terbuat dari serabut kelapa maupun jeruk bali. Hal ini tentu dapat menunjang daya kreatifitas anak.[7]


Walaupun banyak manfaat dari permainan tradisional ini, keberadaannya sekarang tinggal dalam bentuk tulisan atau juga terkubur ditelan kemajuan jaman. Orangtua lebih senang anaknya bermain di dalam rumah dengan alasan yang kuat yaitu : aman, Anak lebih banyak di manjakan dengan diberi playstation dan juga game-game lain yang sesuai dengan jamannya.
Alasan orangtua membiarkan anak-anaknya bermain di dalam rumah adalah agar lebih mudah dikontrol dan diawasi. Padahal dengan banyak bermain di luar, anak-anak lebih mudah untuk belajar, terutama belajar berani sejak dini dan meninggalkan “lingkaran amannya”  yaitu orangtua.

2.5.3. Nilai-nilai yang terkandung dari permainan tradisional
Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional adalah sebagai berikut :
a.       Menanamkan rasa cinta terhadap budaya bangsa;
b.      Menananmkan keuletan ,kesabaran dan ketabahan;
c.       Menanamkan cara berfikir yang kreatif;
d.      Menanamkan jiwa aktif yang mengarah ke hal yang baru (original) dan berbeda seperti saat bermain permainan modern;
e.       Menanamkan daya kompetisi yang tinggi;
f.       dan menanamkan kepercayaan diri yang kuat.
Dengan begitu banyak manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dari permainan tradisional. Jadi, kenapa tidak kita lestarikan budaya dan juga memetik manfaat dari permainan tersebut.

2.6. Permainan Tradisional Enggrang Batok
            2.6.1. Definisi Enggrang
Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda seperti : sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau.
            2.6.2. Definisi Batok
            Batok ialah belahan kulit kelapa yang keras (untuk tempat air dan sebagainya)[8]

2.6.4. Definisi Permainan Enggrang Batok
Bahan dasar tempurung kelapa yang dipadu dengan tali plastik atau dadung. Fungsi utama sama, seperti alat dolanan lain, yakni diciptakan dan dibuat untuk bermain bagi dunia anak. Permainannya pun cukup mudah. Anak-anak sekarang memang tidak harus memainkan kembali permainan-permainan tradisional, termasuk dolanan engrang batok. Namun paling tidak generasi tua saat ini bisa mengenalkan kepada generasi muda sekarang. Tentu dengan harapan agar generasi muda sekarang bisa mengenal sejarah kebudayaan nenek moyangnya, termasuk dalam lingkup permainan tradisional dan akhirnya bisa menghargai karya dan identitas bangsanya sendiri walaupun teknologi yang diterapkan kala itu sangat sederhana. 
Permainan tradisional yang menggunakan alat seperti permainan engrang batok ini, pada umumnya bahan dasarnya banyak diperoleh di sekitar lingkungan anak. Batok dalam bahasa Indonesia disebut tempurung. Tempurung yang dipakai biasanya berasal dari buah kelapa tua yang telah dibersihkan dari sabutnya. Kemudian tempurung itu dibelah menjadi dua bagian. Isi kelapa dikeluarkan dari tempurung. Tempurung yang terbelah menjadi dua bagian ini kemudian dihaluskan bagian luarnya agar kaki yang berpijak di atasnya bisa merasa nyaman. Masing-masing belahan tempurung kemudian diberi lubang di bagian tengah. Masing-masing lubang tempurung dimasuki tali sepanjang sekitar 1,5 - 2 meter dan diberi pengait. Tali yang digunakan biasanya tali lembut dan kuat, bisa berupa tali plastik atau dadung yang terbuat dari untaian serat. Jadilah sebuah permainan tradisional yang disebut engrang batok.

2.6.5. Cara Memainkan Enggrang Batok
Permainan tradisional Engrang Batok Kelapa tidak bisa dimainkan di dalam ruangan, melainkan harus dimainkan di luar rumah, khususnya di tanah lapang yang berukuran luas dan tidak terbatas. Selain itu, permainan Engrang Batok Kelapa sebaiknya dimainkan di tempat yang beralaskan tanah, bukan di ubin atau alas lantai lainnya yang berkontur keras. Sedangkan waktu untuk memainkan permainan Engrang Batok Kelapa sebenarnya tidak terbatas, namun biasanya permainan ini dimainkan pada waktu pagi, siang dan menjelang sore hari.
Cara memainkannya dengan kaki diletakkan ke atas masing-masing tempurung, kemudian kaki satu diangkat, sementara kaki lainnya tetap bertumpu pada batok lain di tanah seperti layaknya berjalan. Permainan Engrang Batok Kelapa bisa dimainkan secara individu maupun kelompok. Kadang-kadang, permainan ini di masa-masa lalu, biasa pula dipakai untuk perlombaan. Tentu di sini anak diuji ketangkasan dan kecepatan berjalan di atas Engrang Batok Kelapa. Anak yang paling cepat berjalan tanpa harus jatuh dianggap sebagai pemenang. Namun sering pula secara individu anak bermain egrang bathok dalam situasi santai.

2.6.4. Manfaat Permainan Enggrang Batok
Manfaat Permainan Anak menjadi lebih kreatif Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.
Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak. Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut. Melatih insting dan ketepatan dalam bertindak. Dengan memainkan permainan Engrang Batok Kelapa, seseorang akan berusaha memaksimalkan instingnya agar memperoleh hasil yang baik. Selain itu, permainan ini juga akan membiasakan seseorang berpikir cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu.
Meningkatkan ketahanan fisik maupun mental. Dengan melakukan permainan Engrang Batok Kelapa, ketahanan tubuh seseorang akan meningkat karena permainan ini membutuhkan aktivitas fisik yang cukup prima. Selain itu, ketahanan mental pun akan meningkat karena dalam permainan ini juga menuntut kestabilan mental.  Melatih sportivitas dalam berkehidupan. Terkadang, permainan Engrang Batok Kelapa dimainkan dalam bentuk kelompok atau sebagai perlombaaan. Sehingga sportivitas harus tetap dijunjung.
Memupuk tingkat sosialisasi dalam pergaulan. Permainan ini bisa dimainkan dalam bentuk perlombaan, jadi tidak menutup kemungkinan ada sosialisasi antar pemainnya.  Menjaga kelestarian tradisi dan kearifan lokal. Permainan Engrang Batok Kelapa merupakan produk asli Indonesia, dengan memainkan alat permainan tradisional ini, secara langsung dapat melestarikan kebudayaan yang dimiliki Negara kita.[9]

2.7. Permainan Tradisional Yang Mulai Hilang
Dapat kita ketahui saat ini sudah banyak muncul permainan-permainan baru yang lebih modern yang membuat anak-anak lebih tertarik untuk memainkannya, ini yang membuat permainan zaman dahulu khususnya permainan tradisional mulai diabaikan atau bahkan tinggalkan oleh anak-anak padahal permainan tradisional tidak kalah menarik dengan permainan modern jika sudah mengenal dan sudah memainkannya. Berkurangnya minat anak terhadap permainan tradisional di sebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
·         Tidak ada regenerasi
Dengan tidak adanya regenerasi dari orang tua kepada anaknya atau kepada generasi yang baru, sehingga tidak salah jika anak pada zaman sekarang lebih mengenal dan memilih permainan modern dari pada permainan tradisional. 
·         Infrastuktur yang kurang memadai
Saat ini infrastruktur dalam permainan tradisional kurang memadai bahkan sudah hampir punah, seperti tanah lapang yang dahulunya banyak sekarang sudah beralih fungsi menjadi gedung-gedung pencakar langit sehingga kecil kemungkinan bagi anak untuk bermain permainan tradisional ditempat umum khususnya tanah lapang sudah jarang dijumpai kalau pun tanah lapang itu tersedia tetapi kondisi tanah lapangnya sudah berbeda, tidak seperti pada zaman dahulu yang begitu luas.
·         Alat-alat yang kurang mendukung dalam permainan tradisional
Hal ini pun sangat mempengaruhi permainan tradisional mulai jarang ditemukan atau bahkan hilang. Karena saat ini sudah jarang orang yang memproduksi alat untuk permainan tradisional, sehingga kecil kemungkinan bagi anak untuk dapat mengenal dan memainkan permainan tradisional.
Dengan adanya hal-hal diatas dapat kita ketahui bahwa permainan tradisional yang merupakan warisan dari leluhur nenek moyang kita secara tidak langsung mulai hilang. Sehingga menyebabkan tergesernya permainan tradisional oleh permainan modern yang dengan mudah merambah serta memiliki desain yang lebih canggih dan menarik perhatian anak-anak saat ini.

























Bab III
METODE PENELITIAN

Pengolahan dan penyajian data dalam penelitian ini, dilakukan secara kuantitatif. Menurut Nawawi, jenis penelitian kuantitatif memiliki prosedur yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan dan dapat dilakukan pengujian tenteng kebenaran atau tingkat validitas dan reliabilitas hasil penelitian berupa kesimpulan-kesimpulan yang dirumuskan peneliti. [10]

3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif  kualitatif, yaitu pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Fenomena yang kita ambil adalah berkenaan dengan kebudayaan  lokal di negara kita, khususnya permainan tradisional budaya sunda.  Analisis deskriptif  kualitatif, akan dipergunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis bagaimana budaya lokal di negara kita saat ini, dan selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan motivasi untuk pelestarian budaya dalam hal permainan tradisional khususnya enggrang batok dikalangan generasi muda yang perduli akan perkembangan budaya saat ini.

3.2. Teknik Pengumpulan Data
            Data-data merupakan faktor terpenting yang sangat diperlukan dalam penyusunan Jurnal ini, untuk memperoleh data-data tersebut maka kami menggunakan cara-cara berikut :
a.       Studi Kepustakaan (Library Research)
Data diperoleh dengan membaca dan mempelajari sumber-sumber pustaka yang berkaitan dengan ruang lingkup penelitian, baik berupa buku literature, tulisan ilmiah, dan dokumen-dokumen.



b.      Penelitian Lapangan (Field Research)
Untuk memperoleh data lapangan atau di lokasi penelitian digunakan cara :
1)      Teknik Kuesioner
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis kepada responden melalui daftar pertanyaan berdasarkan indicator yang ada, dimana setiap pertanyaan dilengkapi dengan beberapa alternative jawaban.
2)      Teknik Wawancara (Interview)
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara (interview guide) tidak dirumuskan secara ketat, guna memberikan keleluasaan kepada responden untuk mengekspresikan jawabannya. Secara khusus teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui teknik kuesioner diatas.
3)      Teknik Observasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan langsung terhadap obyek yang diteliti, dengan berada langsung di lokasi obyek penelitian, yaitu Lingkung Seni Sanggar Anggitasari dan Sanggar Boerayot di Parungkuda Kabupaten Sukabumi.
Untuk mendapatkan data khususnya data lisan dibutuhkan informan. Informan yang baik, harus memenuhi beberapa kriteria informan, yaitu:
Masyarakat dan anak-anak anggota sanggar yang berdomisili di Kecamatan Parungkuda dan Bojongkokosan, Kabupaten Sukabumi dan mengetahui permainan tradisional khususnya permainan enggrang batok yang di fasilitasi di sanggar Boerayot dan Sanggar Anggitasari.

 3.3. Instrumen Penelitian
            Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan menggunakan suatu metode yang merupakan transformasi konsep yang telah dioperasionalkan. Untuk pengumpulan data penulis menggunakan instrument penelitian  erupa kuesioner yang dibagikan kepada responden, berisi daftar pertanyaan yang merupakan penjabaran dari indicator-indikator penelitian.

3.4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan cara menganalisa/memeriksa data, mengorganisasikan data, memilah dan memilihnya menjadi sesuatu yang dapat diolah, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting berdasarkan kebutuhan dalam penelitian dan memutuskan apa yang dapat dipublikasikan. Langkah analisis data akan melalui beberapa tahap yaitu: pengumpulan data, mengelompokkannya, memilah dan memilih data, lalu kemudian menganalisanya. Analisa data ini berupa narasi dari rangkaian hasil penelitian yang muaranya untuk menjawab rumusan masalah.






















Bab IV
Pembahasan
4.1. Kebudayaan Bangsa yang Tidak Dapat Berkembang
Memudarnya rasa cinta terhadap kebudayaan bangsa ini membuat kami tertarik mengangkat materi tentang minimnya bentuk apresiasi masyarakat Indonesia terhadap kebudayaan lokal khususnya dalam wujud permainan tradisional yang terlupakan seperti, permainan enggrang batok. Sebagaimana mestinya yang dipaparkan oleh Prof. Dr. Koentjoroningrat tentang wujud kebudayaan.
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba dan difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia. Sekarang kebudayaan ideal ini banyak tersimpan dalam arsip kartu computer, pita computer, dan sebagainya. Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak yang hidup dalam masyarakat dan memberi jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu system, disebut system budaya atau cultural system, yang dalam bahasa indonesianya disebut adat istiadat.
Wujud kedua adalah wujud system social. Mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri. System social ini terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi satu dan yang lainnya dari waktu kewaktu, yang selalu menurut pola tertentu. System social ini bersifat konkret, sehingga bias di observasi, difoto dan di dokumenter.
Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu sangat konkret berupa benda-benda yang bisa diraba, difoto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut diatas dalam kehidupan masyarakat tidak terpisah satu dengan yang lainnya. Kebudayaan ideal dan adat istiadat megatur dan mengarahkan tindakan manusia baik gagasan, tindakan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan secara fisik. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk lingkungan hidup tertentu yang makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamnya sehingga bisa mempengaruhi pola berpikir dan berbuatnya. [11]
Namun seiring berkembangnya zaman, kebudayaan di Indonesia mulai luntur. khususnya kebudayaan lokal di bidang permainan tradisional. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya teknologi yang mempunyai dampak negatif terhadap kebudayaan Indonesia. Budaya global semakin lama telah menggusur budaya lokal Indonesia. 
Kebudayaan  nasional adalah  kebudayan  kita bersama yakni kebudayaan yang mempunyai makna bagi kita bangsa indonesia. Kalau bukan kita lalu siapa lagi yang akan menjaga dan  melestarikannya. Seharusnya sebagai warga negara indonesia patut bangga dengan mempunyai kekayaan budaya. Hal ini sebenarnya akan menimbulkan rasa tanggung jawab untuk melestarikan kebudayaan tersebut. Sebagai warga negara kita hendaknya menanggapi dengan arif pengaruh nilai-nilai budaya barat untuk mengembangkan dan memperkaya, serta meningkatkan kebudayaan nasional dengan cara menyaring kebudayaan itu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengambil nilai yang baik dan meninggalkan nilai yang tidak sesuai dengan kebudayaan kita.

4.2. Hubungan Peradaban dengan Kebudayaan
Kebudayaan hakikatnya adalah hasil cipta, rasa , dan karsa manusia. Peradaban merupakan tahap tertentu dari kebudayaan masyarakat yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni.
Manusia sebagai mahluk beradab karena di anugerahi harkat, martabat, serta potensi kemanusian yang tinggi.Terkadang dalam perkembangannya bisa jatuh dalam perilaku kebiadaban karena tidak mampunya menyeimbangkan atau mengendalikan karya cipta budaya, rasa, dan karsa yang dimilikinya dan tidak komprehensif. [12]

4.3. Penyebab Tergesernya Permainan Tradisional Oleh Permainan Modern
            Seiring dengan berjalannya waktu, permainan tradisional dari setiap daerah indonesia perlahan menurun dari segi peminatnya karena datangnya teknologi baru yang semakin canggih sehingga permainan tradisional semakin   tergeserkan. Karena permainan modern cenderung lebih menarik dan mudah dimainkan tidak membutuhkan lahan yang luas dan anggota yang banyak tetapi hanya cukup menggunakan satu ruangan saja, berbeda dengan permainan tradisional yang membutuhkan lahan yang luas dan anggota yang banyak untuk memainkan permainan tersebut. Misalnya antara permainan tradisional enggrang batok dengan permainan modern yaitu play station. Dalam permainan tradisional enggrang batok tentu tidak bisa dimainkan dalam ruangan karena jika dilakukan didalam ruangan terutama ruangan berlantai tidak akan bermain dengan fokus karena akan terasa licin, jadi lebih baik dimainkan diluar ruangan seperti di tanah lapang dan akan mengeluarkan keringat yang menyebabkan badan berbau tidak sedap dan kotor. Namun selepas dari itu akan muncul rasa senang, gembira karena memiliki rasa kebersamaan, sehingga dapat bersosialisasi dilingkungannya dengan baik. Sedangkan dalam memainkan permainan modern hanya perlu dilakukan dalam ruangan, tidak harus merasa lelah dan berkeringat, namun tidak akan memiliki rasa kebersamaan, sehingga tidak dapat bersosialisasi dilingkungannya dengan baik.
Dengan berkurangnya tingkat kesadran masyarakat indonesia terhadap kebudayaan lokal khususnya permainan tradisional, lambat laun permainan tradisional yang sudah diwariskan oleh nenek moyang terlupakan dan terpengaruh oleh permainan modern yang semakin canggih. Sehingga masyarakat indonesia lebih tertarik kepada permainan modern terebut. Maka dari itu tak heran jika saat ini kita sangat jarang melihat permainan tradisional dimainkan oleh masyarakat indonesia.

4.4. Masyarakat dan Permainan Tradisional (Enggrang Batok)
Masyarakat indonesia telah mengenal permainan enggrang batok, namun pada saat ini mereka sebatas mengenal enggrang batok sebagai permainan yang dimainkan  disaat adanya perayaan-perayaan hari besar yang ada di indonesia. Hal ini lah yang menyebabkan permainan enggrang batok kurang dikenal oleh msyarakat indonesia.











BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas sudah jelas bahwa Kebudayaan  kita adalah  kebudayan bersama yaitu kebudayaan yang mempunyai makna bagi kita bangsa indonesia. Kalau bukan kita lalu siapa lagi yang akan menjaga dan  melestarikannya. Seharusnya sebagai warga negara indonesia patut bangga dengan mempunyai kekayaan budaya.
Dengan berkurangnya tingkat kesadaran masyarakat indonesia terhadap kebudayaan lokal khususnya permainan tradisional, lambat laun permainan tradisional yang sudah diwariskan oleh nenek moyang terlupakan dan terpengaruh oleh permainan modern yang semakin canggih. Sehingga masyarakat indonesia lebih tertarik kepada permainan modern terebut. Maka dari itu tak heran jika saat ini kita sangat jarang melihat permainan tradisional dimainkan oleh masyarakat indonesia.
Seperti permainan enggrang batok yang telah kami bahas, bahwa pentingnya rasa peduli terhadap kebudayaan Indonesia adalah murni patut kita sendiri sebagai warga indonesia mengembangkan dan melestarikannya. Dan peran orangtua dalam hal ini penting karena mereka yang mendidik dan menenamkan rasa peduli terhadap kebudayaan bangsa dan anak cucunyalah yang akan  mewariskan kekayaan bangsa kita.

5.2. SARAN
            Saran kami, seharusnya seluruh warga negara indonesia diberbagai pihak tanpa harus memandang status sosial dapat melestarikan dan mengembangkan kebudayaan indonesia terutama dalam bidang permainan tradisional. Sehingga seluruh warga indonesia dapat mengenal dan kebudayaan bangsa indonesia akan terus lestari dan berkembang hingga akhir zaman dan terkenal hingga kancah internasional.




DAFTAR PUSTAKA

http://www.artikata.com/arti-320593-bangga.html (diunduh pada tanggal 30 Januari 2013)
Oman Sukmana, Ilmu Social Dan Budaya Dasar, (Manusia Dan Peradaban)
Diktat Kuliah, Fakultas Ilmu Social Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang, 2008, Hal 2
http://tofikonline.net/pengertian-globalisasi.html., (di unduh pada tanggal 30 Januari 2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi. (di unduh pada tanggal 30 januari 2013)
http://www.artikata.com/arti-354052-tempurung.html (diunduh pada tanggal 30 Januari 2013)

Hadari Nawawi, opcit, hal 26
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, Hal 301-302
(Di unduh pada tanggal 30 Januari 2013)
http://anasmapalasta.wordpress.com/2009/12/11/.,(di unduh pada tanggal 22 januari 2013

































[1] http://www.artikata.com/arti-320593-bangga.html (diunduh pada tanggal 30 Januari 2013)
[4] Oman Sukmana, Ilmu Social Dan Budaya Dasar, (Manusia Dan Peradaban)
Diktat Kuliah, Fakultas Ilmu Social Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang, 2008, Hal 2
[5] http://tofikonline.net/pengertian-globalisasi.html., (di unduh pada tanggal 30 Januari 2013)
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi. (di unduh pada tanggal 30 januari 2013)
[8] http://www.artikata.com/arti-354052-tempurung.html (diunduh pada tanggal 30 Januari 2013)
[9] http://anasmapalasta.wordpress.com/2009/12/11/.,di unduh pada tanggal 22 januari 2013

[10] Hadari Nawawi, opcit, hal 26
[11] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, Hal 301-302
 Bab I
Pendahuluan
1.1. LATAR BELAKANG
Setiap kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah di dalam bertindak dan berpikir, sehubungan dengan pengalaman-pengalaman yang fundamental, dari sebab itulah kebudayaan tidak dapat dipisahkan dengan individu dan masyarakat. Seperti, Indonesia yang mempunyai berbagai macam suku, ras, adat, dan budaya serta alam lainnya. Indonesia juga kaya akan budaya. Namun seiring berkembangnya zaman era globalisasi, Kebudayaan Indonesia mulai luntur khususnya kebudayaan lokal di bidang permainan tradisional, permaian tradisional yang notabene diperuntukkan untuk anak-anak saat ini sudah perlahan-lahan berkurang peminatnya. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya teknologi. Dengan demikian pola pikir Indonesia terpengaruh pola budaya Barat, sehingga mereka melupakan kebudayaannya sendiri.
 Selain itu pemerintah terlihat asal-asalan dan tidak menanggapi dengan serius dalam mengurusi kebudayaan di Negara kita, sehingga dengan mudahnya Negara lain mengakui kebudayaan Indonesia sebagai kebudayaannya.
Fungsi dari permainan itu sendiri ialah menjadikan Anak menjadi lebih kreatif. Sebagai terapi terhadap anak. Anak-anak dapat melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan ini sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukan kondisi tersebut. Melatih insting dan ketepatan dalam bertindak. Selain itu, permainan ini juga akan membiasakan seseorang berpikir cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.      Mengapa kebudayaan bangsa indonesia tidak dapat berkembang, dan tidak dapat dikembangkan oleh masyarakat indonesia sendiri ?
2.      Bagaimana hubungan peradaban dan kebudayaan ?
3.      Apakah penyebab masyarakat sekarang lebih memeilih permainan modern  dari pada permainan tradisional ?
4.      Sejauh mana permainan tradisional enggrang batok dikenal oleh masyarakat indonesia ?
1.3. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai objek-objek penelitian yang akan dibahas dalam Jurnal ini, maka kami membagi bahasan-bahasan tersebut menjadi 5 (Lima) Bab.
Bab pertama Pendahuluan, yang isinya membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab kedua Review Literatur, Pada bab ini membahas review literatur yang berisi  tentang definisi–definisi atau istilah–istilah yang digunakan dalam pembahasan jurnal. Bab ketiga Metodelogi Penelitian, Pada bab ini membahas metodelogi yang berisi tentang cara-cara dan langkah –langkah penelitian suatu permainan tradisional yaitu (enggrang batok) yang digunakan dalam pembahasan jurnal. Bab selanjutnya Pembahasan Masalah, Pada bab ini membahas tentang hasil dari penelitian yang dilakukan dengan metodelogi kuesioner yang berisi tentang permainan tradisional enggrang batok yang digunakan dalam pembahasan junal. Dan pada Bab terakhir terdapat Kesimpulan dan Saran, dalam bab ini kami member kesimpulan atas masalah yang dibahas dan saran-saran yang dirasa perlu kami sampaikan pada pihak-pihak yang terlibat.
            Demikian gambaran-gambaran dari seluruh bahasan yang kami ajukan sebagai hasil dari penelitian Jurnal kami selama ini.

1.4.MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penetitian kami yaitu ;
·         Membuka pola pikir yang baru untuk memperbaiki diri  dan lebih peduli untuk masa depan bangsa.
·         Mengingatkan pada pembaca akan pentingnya budaya bangsa kita khususnya permainan tradisional yang merupakan karakter sebuah bangsa.
·         Mengingatkan pada kita bahwa sudahkah kita bercermin untuk bangga dan melestarikan budaya bangsa ?
·         Memberi motivasi pada pembaca untuk lebih menanamkan rasa cinta tanah air.


Bab II
REVIEW LITERATURE
2.1. Bangga
besar hati; merasa gagah (karena mempunyai keunggulan)[1]

2.2. Budaya Lokal
Budaya Lokal adalah budaya asli dari suatu kelompok masyarakat tertentu yang juga menjadi ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat lokal. (menurut J.W. Ajawaila.,di unduh dari http://mbahkarno.blogspot.com/2012/10/pengertiandefinisi-budaya-lokal-dan.html., Pada  tanggal 30Januari 2013).
Budaya lokal merupakan  sebuah benteng pertahanan bagi kita terhadap gempuran budaya asing yang semakin hari semakin merambah. Sudah saatnya bagi kita sebagai generasi muda untuk melestarikannya agar nilai-nilai budaya bangsa tidak terus menerus melemah.Sebagian besar generasi muda sekarang secara tidak langsung sudah mengabaikan budaya lokal. Padahal dalam budaya lokal banyak terkandung nilai-nilai luhur yang yang dapat kita pelajari, sehingga kita tidak akan terpengaruh oleh gaya hidup modern atau budaya barat karena telah dibentengi oleh nilai-nilai leluhur. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam terabainya budaya lokal, karena banyak hal yang mempengaruhinya misalnya tidak adanya regenerasi budaya lokal terhadap generasi muda sekarang.Contohnya tidak diperkenalkannya budaya lokal oleh orang tua kepada anak-anaknya sehingga tidak salah jika anaknya tidak mengetahui budaya lokal warisan nenek moyang.[2]

2.3. Kebudayaan Dan Peradaban
2.3.1. Kebudayaan
Kebudayaan + cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa Arab), berasal dari perkataan Latin “colere”  yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”
Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
            Kebudayaan  nasional adalah  kebudayan  kita bersama yakni kebudayaan yang mempunyai makna bagi kita bangsa indonesia. Kalau bukan kita lalu siapa lagi yang akan menjaga dan  melestarikannya. Seharusnya sebagai warga negara indonesia patut bangga dengan mempunyai kekayaan budaya. Hal ini sebenarnya akan menimbulkan rasa tanggung jawab untuk melestarikan kebudayaan tersebut. Sebagai warga negara kita hendaknya menanggapi dengan arif pengaruh nilai-nilai budaya barat untuk mengembangkan dan memperkaya, serta meningkatkan kebudayaan nasional dengan cara menyaring kebudayaan itu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengambil nilai yang baik dan meninggalkan nilai yang tidak sesuai dengan kebudayaan kita.

2.3.2. Peradaban
Koentjaraningrat, menyatakan masalah kebudayaan dan peradaban hanya soal istilah saja. Istilah “peradaban” biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur kebudayaan yang “harus” dan “indah”, seperti : kesenian, ilmu pengetahuan, serta sopan santun dan sistem pergaulan yang kompleks dalam suatu masyarakat dengan struktur yang kompleks. Tetapi pada sisi lain, istilah peradaban juga dipakai untuk menyebut  suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.[3]
            Menurut Damono, sebagaimana dikutip oleh Oman Sukmana, kata “adab” berasal dari bahasa arab yang berarti ahlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti.
            Sesungguhnya adab yang berarti ahlak atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti berhubungan erat dengan konsep-konsep yang berwujud nilai moral (nilai-nilai dalam hubungannya dengan kesusilaan), norma (aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu benar atau salah, baik atau buruk), etika (nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan apa yang buruk yang menjadi pegangan dalam mengatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket, sopan santun), dan estetika (berhubunga dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, mencakup kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).[4]
            Disamping istilah’kebudayaan ‘ ada pula istilah’peradaban.’hal yang terakhir adalah sama dengan istilah inggris cifilization, yang biasanya dipakai untuk menyebutkan bagian-bagian dan unsur- unsure dari kebudayaan yang harus, maju, dan indah, seperti misalnya : kesenian, ilmu Pengetahuan,adat sopan santun,pergaulan, kepandaian menulis, Organisasi kenegaraan, dan sebagainya. Istialh –istilah ‘peradaban’ sering juga dipakai untuk menyebutkan suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi ilmu Pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan, dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.

2.4. Globalisasi
            2.4.1. Definisi Globalisasi
Globalisasi adalah perkembangan kontemporer yang memiliki pengaruh dalam perubahan dunia pada masa yang akan datang. Pengertian ini merupakan pengertian secara umum.Efek perubahan globalisasi telah kita rasakan saat ini.jika didefinisikan lebih sempit lagi, globalisasi memiliki pengertian semakin sempitnya ruang dan waktu karena adanya teknologi perkembangan informasi yang begitu cepat dan mengalir di seluruh penjuru dunia.

2.4.2.      Tujuan Globalisasi
Tujuan dari globalisasi adalah untuk meningkatkan taraf hidup manusia menjadi manusia modern dengan pemikiran yang luas. kemudahan-kemudahan yang bisa diperoleh dari globalisasi mempercepat manusia untuk belajar dari berbagai sumber. Tetapi jika hal ini tidak diimbangi dengan kecerdasan emosi dan spiritual efek globalisasi malah akan menjadi petaka bagi manusia yang dapat menurunkan kualitas hidupnya. Manusia akan lebih terjerumus dalam hal-hal negatif yang sangat merugikan bagi diri sendiri dan orang lain. Maka dari itu kita sebagi manusia yang memiliki akal dan moral yang tinggi hendaknya mampu menyaring setiap informasi yang masuk dan dengan cerdas memanfaatkan globalisasi dan membuang segala hal yang tidak sesuai dengan etika dan perkembangan manusia. [5]
2.4.3.      Globalisasi dan Kebudayaan
Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi.Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa.Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

2.4.4.      Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan
·         Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
·         Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
·         Berkembangnya turisme dan pariwisata.
·         Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
·         Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain.
·         Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.
·         Persaingan bebas dalam bidang ekonomi
·         Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media massa




2.4.5.      Dampak Globalisasi
2.4.5.1. Dampak Positif
·         Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
·         Mudah melakukan komunikasi
·         Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
·         Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
·         Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
·         Mudah memenuhi kebutuhan
2.4.5.2. Dampak Negatif
·         Informasi yang tidak tersaring
·         Perilaku konsumtif
·         Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
·         Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
·         Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu Negara[6]
2.5. Permainan Tradisional
2.5.1. Permainan Tradisional.
Setiap daerah mengenal permainan tradisional dengan namanya masing-masing.Permainan ini dahulu sering dimainkan oleh anak-anak untuk mengisi hari-hari bermain mereka.Namun sekarang, terutama di kota-kota besar, permainan tradisional mulai ditinggalkan. Banyak hal yang menyebabkan permainan tradisional mulai ditinggalkan, diantaranya adalah sebagai berikut :
-          Kemajuan teknologi terutama dalam bidang permainan anak-anak.
Setiap negara menginginkan negaranya menguasai teknologi sesuai dengan perkembangan jaman.Namun disadari atau tidak kemajauan teknologi terutama dalam bidang permainan anak-anak membuat tergesernya permainan tradisional.

-          Adanya perdagangan bebas.
Secara tidak langsung perdagangan bebas turut mengancam keberadaan permainan tradisional, terutama di negara yang menjadi “pasar”. Banyak permainan anak dari negara lain yang beredar dan terkesan mampu menghadirkan permainan yang lebih menarik.

-          Dunia anak yang penuh dengan imajinasi ditransformasikan pada permainan modern semisal PlayStation.
Permainan tradisional merupakan jenis permainan yang mengandung nilai-nilai budaya pada hakikatnya merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan keberadaannya.Sebagian besar bentuk permainannya relatif sederhana namun memberikan manfaat luar biasa jika kita menelusuri makna dari permainan itu secara mendalam.Namun keberadaannya sekarang mulai tergeser oleh permainan modern, seperti PlayStation (PS) dan jenis permainan canggih lainnya.
Ada permainan yang sifatnya bertanding dan ada juga yang diutamakan untuk mengisi waktu luang sebagai bentuk rekreasi.
Pengelompokan jenis permainan yang bersifat games ada yang single, satu lawan satu, ada yang satu lawan kelompok, ada juga yang kelompok lawan kelompok.
Jika diamati dari aktivitas yang dilakukan anak, permainan tradisional mengandung keterampilan dan kecekatan kaki dan tangan, menggunakan kekuatan tubuh, ketajaman penglihatan, kecerdasan fikiran, keluwesan gerak tubuh, menirukan lingkungan dan alam, memadukan gerak irama, lagu dan kata-kata yang sesuai dengan arti dan gerakannya.
Demikian banyak nilai yang terkandung dalam permainan tradisional. Dalam hal pendidikan dan juga nilai-nilai kemanusiaan yang kreatif dan handal akan terbentuk dalam jiwa anak sehingga tak akan pantang menyerah. Dengan begitu banyak manfaat dari permainan tradisional, kenapa tidak kita lestarikan budaya dan juga memetik manfaat dari permainan tersebut.



2.5.2. Manfaat Permainan Tradisional
Dibalik permainan yang terkesan sederhana, sebenarnya permainan tradisional memiliki manfaat yang baik untuk perkembangan pertumbuhan anak. Banyak hal yang di dapat dari seorang anak dari sebuah permainan tradisional lewat proses bermain. Dalam hal ini si anak terlibat secara langsung baik fisik maupun emosi sehingga sangat mempengaruhi masa pertumbuhannya.
Adapun manfaat dari permainan tradisional adalah sebagai berikut :
·         Mengembangkan kecerdasan intelektual.
Banyak permainan anak yang dapat mengembangkan kecerdasan intelektual biasanya dalam proses pembuatan alat permainan tradisional, contohnya permainan layang-layang. Seorang anak  yang membuat layang-layang disadari atau tidak mereka mengunakan daya rasionalnya dalam membuat sebuah layang-layang untuk bisa diterbangkan. Untuk bisa terbang layang-layang harus seimbang anatara sisinya.Namun sayangnya layang-layang dewasa ini banyak yang diperjual belikan sehingga seorang anak cenderung berfikir instan.
·         Mengembangkan kecerdasan emosional.
Dalam sebuah permainan tradisional selain melatih kecerdasan intelektual juga dapat mengembangkan kecerdasan emosi seorang anak. Anak terlibat dalam sebuah permainan yang berbentuk kelompok, seperti petak umpet, bentengan, maupun yang lainnya,  di dalamnya akan ada proses saling mempengaruhi dan mengatur satu sama lain yang hal ini dapat pula membentuk jiwa-jiwa kepemimpinan.
·         Mengembangkan daya kreatifitas.
Kebanyakan alat permainan tradisional sangat sederhana dan mudah di dapat.Namun lewat hal ini seorang anak dapat terlatih daya kreatifitasnya dalam menjadikan sebuah alat dalam permainan tradisional. Misalnya mobil-mobilan yang terbuat dari serabut kelapa maupun jeruk bali. Hal ini tentu dapat menunjang daya kreatifitas anak.[7]


Walaupun banyak manfaat dari permainan tradisional ini, keberadaannya sekarang tinggal dalam bentuk tulisan atau juga terkubur ditelan kemajuan jaman. Orangtua lebih senang anaknya bermain di dalam rumah dengan alasan yang kuat yaitu : aman, Anak lebih banyak di manjakan dengan diberi playstation dan juga game-game lain yang sesuai dengan jamannya.
Alasan orangtua membiarkan anak-anaknya bermain di dalam rumah adalah agar lebih mudah dikontrol dan diawasi. Padahal dengan banyak bermain di luar, anak-anak lebih mudah untuk belajar, terutama belajar berani sejak dini dan meninggalkan “lingkaran amannya”  yaitu orangtua.

2.5.3. Nilai-nilai yang terkandung dari permainan tradisional
Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional adalah sebagai berikut :
a.       Menanamkan rasa cinta terhadap budaya bangsa;
b.      Menananmkan keuletan ,kesabaran dan ketabahan;
c.       Menanamkan cara berfikir yang kreatif;
d.      Menanamkan jiwa aktif yang mengarah ke hal yang baru (original) dan berbeda seperti saat bermain permainan modern;
e.       Menanamkan daya kompetisi yang tinggi;
f.       dan menanamkan kepercayaan diri yang kuat.
Dengan begitu banyak manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dari permainan tradisional. Jadi, kenapa tidak kita lestarikan budaya dan juga memetik manfaat dari permainan tersebut.

2.6. Permainan Tradisional Enggrang Batok
            2.6.1. Definisi Enggrang
Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda seperti : sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau.
            2.6.2. Definisi Batok
            Batok ialah belahan kulit kelapa yang keras (untuk tempat air dan sebagainya)[8]

2.6.4. Definisi Permainan Enggrang Batok
Bahan dasar tempurung kelapa yang dipadu dengan tali plastik atau dadung. Fungsi utama sama, seperti alat dolanan lain, yakni diciptakan dan dibuat untuk bermain bagi dunia anak. Permainannya pun cukup mudah. Anak-anak sekarang memang tidak harus memainkan kembali permainan-permainan tradisional, termasuk dolanan engrang batok. Namun paling tidak generasi tua saat ini bisa mengenalkan kepada generasi muda sekarang. Tentu dengan harapan agar generasi muda sekarang bisa mengenal sejarah kebudayaan nenek moyangnya, termasuk dalam lingkup permainan tradisional dan akhirnya bisa menghargai karya dan identitas bangsanya sendiri walaupun teknologi yang diterapkan kala itu sangat sederhana. 
Permainan tradisional yang menggunakan alat seperti permainan engrang batok ini, pada umumnya bahan dasarnya banyak diperoleh di sekitar lingkungan anak. Batok dalam bahasa Indonesia disebut tempurung. Tempurung yang dipakai biasanya berasal dari buah kelapa tua yang telah dibersihkan dari sabutnya. Kemudian tempurung itu dibelah menjadi dua bagian. Isi kelapa dikeluarkan dari tempurung. Tempurung yang terbelah menjadi dua bagian ini kemudian dihaluskan bagian luarnya agar kaki yang berpijak di atasnya bisa merasa nyaman. Masing-masing belahan tempurung kemudian diberi lubang di bagian tengah. Masing-masing lubang tempurung dimasuki tali sepanjang sekitar 1,5 - 2 meter dan diberi pengait. Tali yang digunakan biasanya tali lembut dan kuat, bisa berupa tali plastik atau dadung yang terbuat dari untaian serat. Jadilah sebuah permainan tradisional yang disebut engrang batok.

2.6.5. Cara Memainkan Enggrang Batok
Permainan tradisional Engrang Batok Kelapa tidak bisa dimainkan di dalam ruangan, melainkan harus dimainkan di luar rumah, khususnya di tanah lapang yang berukuran luas dan tidak terbatas. Selain itu, permainan Engrang Batok Kelapa sebaiknya dimainkan di tempat yang beralaskan tanah, bukan di ubin atau alas lantai lainnya yang berkontur keras. Sedangkan waktu untuk memainkan permainan Engrang Batok Kelapa sebenarnya tidak terbatas, namun biasanya permainan ini dimainkan pada waktu pagi, siang dan menjelang sore hari.
Cara memainkannya dengan kaki diletakkan ke atas masing-masing tempurung, kemudian kaki satu diangkat, sementara kaki lainnya tetap bertumpu pada batok lain di tanah seperti layaknya berjalan. Permainan Engrang Batok Kelapa bisa dimainkan secara individu maupun kelompok. Kadang-kadang, permainan ini di masa-masa lalu, biasa pula dipakai untuk perlombaan. Tentu di sini anak diuji ketangkasan dan kecepatan berjalan di atas Engrang Batok Kelapa. Anak yang paling cepat berjalan tanpa harus jatuh dianggap sebagai pemenang. Namun sering pula secara individu anak bermain egrang bathok dalam situasi santai.

2.6.4. Manfaat Permainan Enggrang Batok
Manfaat Permainan Anak menjadi lebih kreatif Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.
Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak. Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut. Melatih insting dan ketepatan dalam bertindak. Dengan memainkan permainan Engrang Batok Kelapa, seseorang akan berusaha memaksimalkan instingnya agar memperoleh hasil yang baik. Selain itu, permainan ini juga akan membiasakan seseorang berpikir cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu.
Meningkatkan ketahanan fisik maupun mental. Dengan melakukan permainan Engrang Batok Kelapa, ketahanan tubuh seseorang akan meningkat karena permainan ini membutuhkan aktivitas fisik yang cukup prima. Selain itu, ketahanan mental pun akan meningkat karena dalam permainan ini juga menuntut kestabilan mental.  Melatih sportivitas dalam berkehidupan. Terkadang, permainan Engrang Batok Kelapa dimainkan dalam bentuk kelompok atau sebagai perlombaaan. Sehingga sportivitas harus tetap dijunjung.
Memupuk tingkat sosialisasi dalam pergaulan. Permainan ini bisa dimainkan dalam bentuk perlombaan, jadi tidak menutup kemungkinan ada sosialisasi antar pemainnya.  Menjaga kelestarian tradisi dan kearifan lokal. Permainan Engrang Batok Kelapa merupakan produk asli Indonesia, dengan memainkan alat permainan tradisional ini, secara langsung dapat melestarikan kebudayaan yang dimiliki Negara kita.[9]

2.7. Permainan Tradisional Yang Mulai Hilang
Dapat kita ketahui saat ini sudah banyak muncul permainan-permainan baru yang lebih modern yang membuat anak-anak lebih tertarik untuk memainkannya, ini yang membuat permainan zaman dahulu khususnya permainan tradisional mulai diabaikan atau bahkan tinggalkan oleh anak-anak padahal permainan tradisional tidak kalah menarik dengan permainan modern jika sudah mengenal dan sudah memainkannya. Berkurangnya minat anak terhadap permainan tradisional di sebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
·         Tidak ada regenerasi
Dengan tidak adanya regenerasi dari orang tua kepada anaknya atau kepada generasi yang baru, sehingga tidak salah jika anak pada zaman sekarang lebih mengenal dan memilih permainan modern dari pada permainan tradisional. 
·         Infrastuktur yang kurang memadai
Saat ini infrastruktur dalam permainan tradisional kurang memadai bahkan sudah hampir punah, seperti tanah lapang yang dahulunya banyak sekarang sudah beralih fungsi menjadi gedung-gedung pencakar langit sehingga kecil kemungkinan bagi anak untuk bermain permainan tradisional ditempat umum khususnya tanah lapang sudah jarang dijumpai kalau pun tanah lapang itu tersedia tetapi kondisi tanah lapangnya sudah berbeda, tidak seperti pada zaman dahulu yang begitu luas.
·         Alat-alat yang kurang mendukung dalam permainan tradisional
Hal ini pun sangat mempengaruhi permainan tradisional mulai jarang ditemukan atau bahkan hilang. Karena saat ini sudah jarang orang yang memproduksi alat untuk permainan tradisional, sehingga kecil kemungkinan bagi anak untuk dapat mengenal dan memainkan permainan tradisional.
Dengan adanya hal-hal diatas dapat kita ketahui bahwa permainan tradisional yang merupakan warisan dari leluhur nenek moyang kita secara tidak langsung mulai hilang. Sehingga menyebabkan tergesernya permainan tradisional oleh permainan modern yang dengan mudah merambah serta memiliki desain yang lebih canggih dan menarik perhatian anak-anak saat ini.

























Bab III
METODE PENELITIAN

Pengolahan dan penyajian data dalam penelitian ini, dilakukan secara kuantitatif. Menurut Nawawi, jenis penelitian kuantitatif memiliki prosedur yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan dan dapat dilakukan pengujian tenteng kebenaran atau tingkat validitas dan reliabilitas hasil penelitian berupa kesimpulan-kesimpulan yang dirumuskan peneliti. [10]

3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif  kualitatif, yaitu pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Fenomena yang kita ambil adalah berkenaan dengan kebudayaan  lokal di negara kita, khususnya permainan tradisional budaya sunda.  Analisis deskriptif  kualitatif, akan dipergunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis bagaimana budaya lokal di negara kita saat ini, dan selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan motivasi untuk pelestarian budaya dalam hal permainan tradisional khususnya enggrang batok dikalangan generasi muda yang perduli akan perkembangan budaya saat ini.

3.2. Teknik Pengumpulan Data
            Data-data merupakan faktor terpenting yang sangat diperlukan dalam penyusunan Jurnal ini, untuk memperoleh data-data tersebut maka kami menggunakan cara-cara berikut :
a.       Studi Kepustakaan (Library Research)
Data diperoleh dengan membaca dan mempelajari sumber-sumber pustaka yang berkaitan dengan ruang lingkup penelitian, baik berupa buku literature, tulisan ilmiah, dan dokumen-dokumen.



b.      Penelitian Lapangan (Field Research)
Untuk memperoleh data lapangan atau di lokasi penelitian digunakan cara :
1)      Teknik Kuesioner
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis kepada responden melalui daftar pertanyaan berdasarkan indicator yang ada, dimana setiap pertanyaan dilengkapi dengan beberapa alternative jawaban.
2)      Teknik Wawancara (Interview)
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara (interview guide) tidak dirumuskan secara ketat, guna memberikan keleluasaan kepada responden untuk mengekspresikan jawabannya. Secara khusus teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui teknik kuesioner diatas.
3)      Teknik Observasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan langsung terhadap obyek yang diteliti, dengan berada langsung di lokasi obyek penelitian, yaitu Lingkung Seni Sanggar Anggitasari dan Sanggar Boerayot di Parungkuda Kabupaten Sukabumi.
Untuk mendapatkan data khususnya data lisan dibutuhkan informan. Informan yang baik, harus memenuhi beberapa kriteria informan, yaitu:
Masyarakat dan anak-anak anggota sanggar yang berdomisili di Kecamatan Parungkuda dan Bojongkokosan, Kabupaten Sukabumi dan mengetahui permainan tradisional khususnya permainan enggrang batok yang di fasilitasi di sanggar Boerayot dan Sanggar Anggitasari.

 3.3. Instrumen Penelitian
            Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan menggunakan suatu metode yang merupakan transformasi konsep yang telah dioperasionalkan. Untuk pengumpulan data penulis menggunakan instrument penelitian  erupa kuesioner yang dibagikan kepada responden, berisi daftar pertanyaan yang merupakan penjabaran dari indicator-indikator penelitian.

3.4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan cara menganalisa/memeriksa data, mengorganisasikan data, memilah dan memilihnya menjadi sesuatu yang dapat diolah, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting berdasarkan kebutuhan dalam penelitian dan memutuskan apa yang dapat dipublikasikan. Langkah analisis data akan melalui beberapa tahap yaitu: pengumpulan data, mengelompokkannya, memilah dan memilih data, lalu kemudian menganalisanya. Analisa data ini berupa narasi dari rangkaian hasil penelitian yang muaranya untuk menjawab rumusan masalah.






















Bab IV
Pembahasan
4.1. Kebudayaan Bangsa yang Tidak Dapat Berkembang
Memudarnya rasa cinta terhadap kebudayaan bangsa ini membuat kami tertarik mengangkat materi tentang minimnya bentuk apresiasi masyarakat Indonesia terhadap kebudayaan lokal khususnya dalam wujud permainan tradisional yang terlupakan seperti, permainan enggrang batok. Sebagaimana mestinya yang dipaparkan oleh Prof. Dr. Koentjoroningrat tentang wujud kebudayaan.
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba dan difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia. Sekarang kebudayaan ideal ini banyak tersimpan dalam arsip kartu computer, pita computer, dan sebagainya. Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak yang hidup dalam masyarakat dan memberi jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu system, disebut system budaya atau cultural system, yang dalam bahasa indonesianya disebut adat istiadat.
Wujud kedua adalah wujud system social. Mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri. System social ini terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi satu dan yang lainnya dari waktu kewaktu, yang selalu menurut pola tertentu. System social ini bersifat konkret, sehingga bias di observasi, difoto dan di dokumenter.
Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu sangat konkret berupa benda-benda yang bisa diraba, difoto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut diatas dalam kehidupan masyarakat tidak terpisah satu dengan yang lainnya. Kebudayaan ideal dan adat istiadat megatur dan mengarahkan tindakan manusia baik gagasan, tindakan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan secara fisik. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk lingkungan hidup tertentu yang makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamnya sehingga bisa mempengaruhi pola berpikir dan berbuatnya. [11]
Namun seiring berkembangnya zaman, kebudayaan di Indonesia mulai luntur. khususnya kebudayaan lokal di bidang permainan tradisional. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya teknologi yang mempunyai dampak negatif terhadap kebudayaan Indonesia. Budaya global semakin lama telah menggusur budaya lokal Indonesia. 
Kebudayaan  nasional adalah  kebudayan  kita bersama yakni kebudayaan yang mempunyai makna bagi kita bangsa indonesia. Kalau bukan kita lalu siapa lagi yang akan menjaga dan  melestarikannya. Seharusnya sebagai warga negara indonesia patut bangga dengan mempunyai kekayaan budaya. Hal ini sebenarnya akan menimbulkan rasa tanggung jawab untuk melestarikan kebudayaan tersebut. Sebagai warga negara kita hendaknya menanggapi dengan arif pengaruh nilai-nilai budaya barat untuk mengembangkan dan memperkaya, serta meningkatkan kebudayaan nasional dengan cara menyaring kebudayaan itu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengambil nilai yang baik dan meninggalkan nilai yang tidak sesuai dengan kebudayaan kita.

4.2. Hubungan Peradaban dengan Kebudayaan
Kebudayaan hakikatnya adalah hasil cipta, rasa , dan karsa manusia. Peradaban merupakan tahap tertentu dari kebudayaan masyarakat yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni.
Manusia sebagai mahluk beradab karena di anugerahi harkat, martabat, serta potensi kemanusian yang tinggi.Terkadang dalam perkembangannya bisa jatuh dalam perilaku kebiadaban karena tidak mampunya menyeimbangkan atau mengendalikan karya cipta budaya, rasa, dan karsa yang dimilikinya dan tidak komprehensif. [12]

4.3. Penyebab Tergesernya Permainan Tradisional Oleh Permainan Modern
            Seiring dengan berjalannya waktu, permainan tradisional dari setiap daerah indonesia perlahan menurun dari segi peminatnya karena datangnya teknologi baru yang semakin canggih sehingga permainan tradisional semakin   tergeserkan. Karena permainan modern cenderung lebih menarik dan mudah dimainkan tidak membutuhkan lahan yang luas dan anggota yang banyak tetapi hanya cukup menggunakan satu ruangan saja, berbeda dengan permainan tradisional yang membutuhkan lahan yang luas dan anggota yang banyak untuk memainkan permainan tersebut. Misalnya antara permainan tradisional enggrang batok dengan permainan modern yaitu play station. Dalam permainan tradisional enggrang batok tentu tidak bisa dimainkan dalam ruangan karena jika dilakukan didalam ruangan terutama ruangan berlantai tidak akan bermain dengan fokus karena akan terasa licin, jadi lebih baik dimainkan diluar ruangan seperti di tanah lapang dan akan mengeluarkan keringat yang menyebabkan badan berbau tidak sedap dan kotor. Namun selepas dari itu akan muncul rasa senang, gembira karena memiliki rasa kebersamaan, sehingga dapat bersosialisasi dilingkungannya dengan baik. Sedangkan dalam memainkan permainan modern hanya perlu dilakukan dalam ruangan, tidak harus merasa lelah dan berkeringat, namun tidak akan memiliki rasa kebersamaan, sehingga tidak dapat bersosialisasi dilingkungannya dengan baik.
Dengan berkurangnya tingkat kesadran masyarakat indonesia terhadap kebudayaan lokal khususnya permainan tradisional, lambat laun permainan tradisional yang sudah diwariskan oleh nenek moyang terlupakan dan terpengaruh oleh permainan modern yang semakin canggih. Sehingga masyarakat indonesia lebih tertarik kepada permainan modern terebut. Maka dari itu tak heran jika saat ini kita sangat jarang melihat permainan tradisional dimainkan oleh masyarakat indonesia.

4.4. Masyarakat dan Permainan Tradisional (Enggrang Batok)
Masyarakat indonesia telah mengenal permainan enggrang batok, namun pada saat ini mereka sebatas mengenal enggrang batok sebagai permainan yang dimainkan  disaat adanya perayaan-perayaan hari besar yang ada di indonesia. Hal ini lah yang menyebabkan permainan enggrang batok kurang dikenal oleh msyarakat indonesia.











BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas sudah jelas bahwa Kebudayaan  kita adalah  kebudayan bersama yaitu kebudayaan yang mempunyai makna bagi kita bangsa indonesia. Kalau bukan kita lalu siapa lagi yang akan menjaga dan  melestarikannya. Seharusnya sebagai warga negara indonesia patut bangga dengan mempunyai kekayaan budaya.
Dengan berkurangnya tingkat kesadaran masyarakat indonesia terhadap kebudayaan lokal khususnya permainan tradisional, lambat laun permainan tradisional yang sudah diwariskan oleh nenek moyang terlupakan dan terpengaruh oleh permainan modern yang semakin canggih. Sehingga masyarakat indonesia lebih tertarik kepada permainan modern terebut. Maka dari itu tak heran jika saat ini kita sangat jarang melihat permainan tradisional dimainkan oleh masyarakat indonesia.
Seperti permainan enggrang batok yang telah kami bahas, bahwa pentingnya rasa peduli terhadap kebudayaan Indonesia adalah murni patut kita sendiri sebagai warga indonesia mengembangkan dan melestarikannya. Dan peran orangtua dalam hal ini penting karena mereka yang mendidik dan menenamkan rasa peduli terhadap kebudayaan bangsa dan anak cucunyalah yang akan  mewariskan kekayaan bangsa kita.

5.2. SARAN
            Saran kami, seharusnya seluruh warga negara indonesia diberbagai pihak tanpa harus memandang status sosial dapat melestarikan dan mengembangkan kebudayaan indonesia terutama dalam bidang permainan tradisional. Sehingga seluruh warga indonesia dapat mengenal dan kebudayaan bangsa indonesia akan terus lestari dan berkembang hingga akhir zaman dan terkenal hingga kancah internasional.




DAFTAR PUSTAKA

http://www.artikata.com/arti-320593-bangga.html (diunduh pada tanggal 30 Januari 2013)
Oman Sukmana, Ilmu Social Dan Budaya Dasar, (Manusia Dan Peradaban)
Diktat Kuliah, Fakultas Ilmu Social Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang, 2008, Hal 2
http://tofikonline.net/pengertian-globalisasi.html., (di unduh pada tanggal 30 Januari 2013)
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi. (di unduh pada tanggal 30 januari 2013)
http://www.artikata.com/arti-354052-tempurung.html (diunduh pada tanggal 30 Januari 2013)

Hadari Nawawi, opcit, hal 26
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, Hal 301-302
(Di unduh pada tanggal 30 Januari 2013)
http://anasmapalasta.wordpress.com/2009/12/11/.,(di unduh pada tanggal 22 januari 2013
































[1] http://www.artikata.com/arti-320593-bangga.html (diunduh pada tanggal 30 Januari 2013)
[4] Oman Sukmana, Ilmu Social Dan Budaya Dasar, (Manusia Dan Peradaban)
Diktat Kuliah, Fakultas Ilmu Social Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang, 2008, Hal 2
[5] http://tofikonline.net/pengertian-globalisasi.html., (di unduh pada tanggal 30 Januari 2013)
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi. (di unduh pada tanggal 30 januari 2013)
[8] http://www.artikata.com/arti-354052-tempurung.html (diunduh pada tanggal 30 Januari 2013)
[9] http://anasmapalasta.wordpress.com/2009/12/11/.,di unduh pada tanggal 22 januari 2013

[10] Hadari Nawawi, opcit, hal 26
[11] Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, Hal 301-302